Jumat, 22 Mei 2015

Lewat Rapim, DPRD DKI Mulai Bahas Raperda Zonasi Wilayah Pesisir

DPRD DKI menggelar rapat pimpinan gabungan (rapimgab) membahas Raperda yang telah diajukan Pemprov DKI bulan lalu. Salah satunya adalah Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

"Rapimnya masalah Raperda Zonasi, Pariwisata dan Lestari Budaya Betawi. Kita sepakati Zonasi itu kita pisah," kata Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi usai Rapimgab yang dilakukan tertutup di Gedung DPRD DKI, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).

Menurut Prasetyo, Raperda Zonasi dipisahkan karena dinilai masih ada masalah kepulauan. Ia menambahkan, dalam konteks kepulauan, ada yang tidak boleh dikuasai oleh pihak swasta.

"Di hasil rapat, ada something sangat luar biasa soal kepulauan itu. Padahal ada hal yang tidak boleh dikuasai siapa pun," ujar Prasetyo.

Kemudian dijelaskan oleh Prasetio, wilayah laut tidak bisa disamakan kepemilikannya seperti lahan atau tanah. Ia mencontohkan Pelindo yang menguasai pelabuhan di wilayah Pemprov DKI.

"Contoh kayak negara dalam negara itu Pelindo, pakai fasilitas DKI. Masalah zonasinya kita perdalam dulu. Kita panggil pakar-pakar," ucap Prasetyo. Jual Kain Batik Betawi

Sebelumnya, DPRD DKI sibuk berkutat pada persoalan 'dana siluman' dari RAPBD 2015 atau yang dikenal dengan kasus UPS. Akibatnya, 16 Raperda terbengkalai hingga hari ini 3 Raperda mulai dibahas.

Rabu, 31 Desember 2014

Ini Pembelaan Ahok Tetap Selenggarakan Pesta Tahun Baru


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap menyelenggarakan perayaan pergantian tahun Jakarta Night Festival (JNF) 2015. Meskipun Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menghimbau kepala daerah untuk menyelenggarakan pesta perayaan tahun baru secara terbuka menyusul insiden jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu (28/12/2014) lalu. 

Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama memberikan pernyataan mengapa ia memutuskan tetap melaksanakan pesta perayaan tahun baru di tengah suasana duka. 

"Kan kita juga enggak bisa terus menerus berduka seperti ini. Kita justru pengen tahun depan tidak ada kejadian terulang," kata Basuki, di Bundaran HoteI Indonesia Jakarta, Rabu (31/12/2014). 

Ada sembilan panggung hiburan yang tersebar di sepanjang rute JNF 2015, Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat. Basuki menginstruksikan tiap panggung itu disertai dengan doa bersama untuk korban-korban bencana yang terjadi selama tahun 2014. 

Selain itu, lanjut dia, tidak ada pawai budaya atau karnaval yang mengiringinya saat berjalan bersama Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat dan aparat Forkopimda. Pada penyelenggaraan JNF tahun-tahun sebelumnya, pawai budaya selalu mengiringi Gubernur. Sehingga membuat perayaan semakin meriah. grosir batik betawi

"Justru kami pakai event ini untuk berdoa bersama untuk merenung dan mengenang kejadian-kejadian yang terjadi. Kita akan siapkan lilin juga untuk merenung dan berdoa supaya keluarga yang ditinggalkan itu diberi kekuatan, rezeki, dan kesabaran," ujar Basuki.

Rencananya, Gubernur Basuki, Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono akan menghabiskan malam tahun baru di penyelenggaraan JNF 2015. 

Mereka akan bersama-sama berangkat menuju lokasi perayaan dari rumah dinas gubernur, di Jalan Taman Suropati Nomor 7 Menteng Jakarta Pusat. Kemudian, mereka bakal berjalan kaki dari Bunderan Hotel Indonesia ke Monas untuk menghadiri peluncuran "Wonderful Indonesia 2015" oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Dirlantas Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan menutup secara bertahap rute JNF 2015, Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat. Mulai pukul 17.00-01.00. Berkonsep car free day, warga dapat menikmati hiburan yang ada. 

Sebanyak sembilan panggung hiburan yang tersebar di sana. Berikut adalah sembilan panggung yang tersebar di pagelaran JNF: 

1. Panggung di Dukuh Atas dengan hiburan Tradisional Betawi dan Dangdut yang digelar oleh Wali Kota Jakarta Selatan. 

2. Jalan Teluk Betung, dengan hiburan gambang kromong yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta.

3. Bundaran HI di Jalan Imam Bonjol, Bank DKI akan menghadirkan artis-artis Ibu Kota.

4. Sarinah, tepatnya Jalan Sunda, PT Jakarta Propertindo akan menghadirkan musik reggae. 
5. Depan Gedung Jaya, PT Pembangunan Jaya akan menghadirkan Pop Alternatif.

6. Depan Hotel Sari Pan Pacific, PT MRT Jakarta akan menghadirkan musik Jazz.

7. Depan Bank Syariah Mandiri, PD Pembangunan Sarana Jaya akan menghadirkan panggung musik Keroncong.

8. Silang Monas Barat, Disparbud DKI bersama pihak swasta akan menghadirkan artis Ibu Kota

9. Depan Wisma Antara, Wali Kota Jakarta Pusat akan menghadirkan musik nusantara.

Selasa, 04 November 2014

Ahok Bikin Menteri Puspayoga Tergesa-gesa dan Berkeringat


Seusai menerima kunjungan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengajaknya berkeliling Balaikota Jakarta.

Bak seorang tour guide, Basuki menjelaskan satu persatu sudut ruangan di Balaikota. Melangkah keluar dari ruang kerjanya, Basuki langsung berkelakar. 

"Pak Menteri kan orang Bali belum pernah lihat Balaikota, nah sekarang mau ajak beliau keliling. Oke yuk ikuti saya yuk," kata Basuki bergaya bak presenter program jalan-jalan sambil menjentikkan jarinya, Senin (3/11/2014) sore. 

Kemudian, Puspayoga yang saat itu mengenakan setelan batik berwarna cokelat keemasan tampak menuruti langkah dan ajakan Basuki. Ruang pertama yang ditunjukan Basuki adalah Balai Agung. Jual kain batik betawi 

Basuki membuka pintu ruang atas Balai Agung dan menunjukkan kalau itu adalah ruang pertemuan atau penyelenggaraan acara resmi Pemprov DKI. Pria yang akrab disapa Ahok itu langsung melanjutkan langkahnya turun ke lantai satu dengan tangga. 

Ruang kedua yang ditunjukkan Basuki kepada mantan politisi PDI-Perjuangan itu adalah ruang kerja gubernur. Puspayoga pun tampak tergesa-gesa mengikuti langkah Basuki yang cepat. Keringatnya bercucuran saat mengikuti Basuki dari belakang. 

Pengawal Puspayoga pun berulang kali menyerahkan tisu kepada mantan calon gubernur Bali itu. Sementara sang "tour guide" dengan semangat tetap terus berjalan menuju ruang kerja gubernur. 

Sebelum tiba di ruang kerja gubernur, Basuki sempat menghentikan langkahnya di ruang tamu gubernur yang terpasang foto para pimpinan Ibu Kota, mulai dari wali kota hingga gubernur DKI. "Pak Puspayoga, makanya saya bilang, saya harus jadi gubernur dulu biar fotonya dipasang di sini. Kalau cuma jadi wagub, enggak bakal ada fotonya di sini," kata Basuki tertawa.

Sesampainya di ruang kerja gubernur, Basuki langsung mengajak Puspayoga berkeliling. Ia membuka satu persatu pintu di dalam ruangan itu. Mulai dari kamar mandi, pintu kamar, hingga pintu tembusan menuju ruang rapat pimpinan (rapim). 

Di sana, Basuki juga menunjukkan sebuah kolam air mancur berisi empat ekor ikan koi. Gubernur sebelumnya, Joko Widodo tidak memelihara ikan koi di dalam kolam air mancur tersebut. "Ini ikannya jangan lupa dikasih makan terus yah," kata Basuki kepada penjaga ruang kerja gubernur. 

Seusai berkeliling di ruang kerja gubernur, Basuki tak lupa mengajak Puspayoga melihat-lihat ruang rapat tim pembebasan urusan tanah (TPUT), ruang tamu gubernur, dan lainnya. Sementara itu, Puspayoga mengaku senang seusai diajak Basuki berkeliling Balaikota selama 15 menit. 

"Saya ini kan baru jadi warga Jakarta, baru tanggal 27 Oktober dilantik, baru enam hari jadi warga Jakarta, jadi sowan sama gubernurnya dulu. Ini bagus kok gedungnya enggak ada mistis-mistisnya. Ha-ha-ha," kata Puspayoga tertawa.

Senin, 20 Oktober 2014

Usai Temui Relawan di Monas, Jokowi Ganti Baju dan Temui PM Australia di Istana

Setelah menyapa relawan di Monumen Nasional, Senin (20/10/2014) malam, Presiden Joko Widodo kembali ke Istana Merdeka untuk bertemu Perdana Menteri Australia Tony Abbot. Jokowi juga berganti baju sebelum menerima Abbot.

Setelah dilantik sebagai presiden pada pagi hari di Gedung MPR dan mengikuti acara pisah sambut presiden di Istana Merdeka, Jokowi menerima sejumlah kepala negara sahabat di Istana. Sore tadi, Jokowi yang mengenakan kemeja putih lengan panjang menemui Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri Malaysia Datuk Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak.

Kira-kira pukul 17.30, Jokowi tak mengganti kemeja dan keluar istana serta bergerak menuju Monas. Di sana ia menemui ribuan relawan yang telah mengikuti Konser Salam 3 Jari. Satu jam kemudian, Jokowi kembali lagi ke Istana Merdeka untuk menerima tamu negara. Kali ini Jokowi telah berganti busana, yakni dengan mengenakan batik warna coklat. Kain batik betawi
Abbot tiba dengan dikawal pengawalan dan stafnya. Setibanya di Istana Merdeka, PM Australia langsung menyalami Jokowi dan berfoto bersama. Tak lama kemudian, keduanya masuk mengikuti pertemuan tertutup. Jokowi tampak didampingi Ketua Tim transisi Jokowi-Jusuf Kalla Rini Soemarmo dan Deputi Tim Transisi, Andi Widjajanto.
Setelah ini, Jokowi dijadwalkan menerima kunjungan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Para pimpinan negara sahabat itu hadir dalam pelantikan Jokowi-Kalla di Gedung MPR pagi tadi. Pelantikan Jokowi-Jusuf Kalla dihadiri setidaknya oleh delapan kepala negara dan pemerintahan, antara lain  Presiden Timor Leste Taur Matan Ruak, Perdana Menteri Brunei Darussalam HM Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Papua Nugin Peter O'Neill, Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
Selain itu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Malaysia Datuk Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak, Perdana Menteri Haiti Laurent Salvador Lamonthe dan utusan khusus pemerintah Jepang mantan Perdana Menteri Yasuo Fukuda. Tamu asing setingkat menteri yang mengadiri pelantikan antara lain Deputi Ketua Parlemen China Yan Junqi, Kepala Kantor Pemerintah Viet Nam Vu Duc NDu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully, Utusan Khusus Republik Korea Kim Tae-whan dan Ham Jin-kyu. Selain itu juga hadir Deputi PM/Menlu Thailand Tanasak Patimapragorn, utusan khusus Belanda Dr Tjeek Willink, Menlu AS John Kerry, Menlu Inggris Philip Hammond dan Menlu Perindustrian Rusia Denis Valentinovich.

Jumat, 10 Oktober 2014

JENIS - JENIS KAIN DALAM BATIK

Jika anda ingin membeli baju batik betawi perhatikan bahannya. Apakah batik tersebut terbuat dari bahan sutera, katun prima, primisima, polisima, dobi, paris, atau shantung. Jenis-jenis kain tersebut ini berbeda-beda tektur maupun bahan dasarnya. Sekedar Informasi untuk anda.

. Kain katun adalah kain yang umum digunakan untuk batik. Kain katun ada beberapa tingkatan. Kain katun primisima lebih bagus dari katun prima, dan kain polisima paling bagus diantara keduanya. Masing-masing katun tersebut ada beberapa tingkatan pula. Ada yang kasar dan tipis, lebih halus dan tebal dan paling tebal serta halus. Semua tergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam pembuatan kain tersebut.

. Kain Shantung teksturnya halus dan dingin. Shantung-pun ada bermacam tingkatan. Dari yang tipis hingga tebal. Kain katun lebih kuat seratnya daripada kain shantung.

. Kain Dobi bisa dibilang sebagai kain setengah sutera, ada beberapa tingkatan seperti halnya katun prima & primisima dari yang kasar hingga halus, ciri khas dobi terletak pada tekstur kasarnya. Jadi pada dobi yang paling haluspun kita akan merasakan serat-seratnya yang menonjol.

. Kain paris teksturnya lembut dan jatuh. Bahannya tipis dengan serat kain yang kuat. Kain parispun memiliki tingkatan-tingkatan seperti kain-kain yang lain.

. Kain Sutera. Anda pasti tahu bahan dasar kain sutera dan mengapa kain sutera sangat mahal. Teksturnya lembut dan jatuh serta mengkilap.


. Kain Serat nanas. Serat nanas teksturnya kasar mirip dobi. Biasanya terlihat sulur-sulur pada kain tersebut dan mengkilap. Hampir semua kain mempunyai tingkatan dari yang paling kasar sampai yang paling halus. Tergantung dari pencampuran bahan dasar pembuatan kain.

Minggu, 28 September 2014

'Buaya' dan Penari Api Meriahkan Karnaval Nusantara di Monas

Kawasan wisata Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, sore tadi meriah. Ada 'buaya' ukuran 10 meter yang membawa pengantin, ondel-ondel raksasa yang pandai menari serta atraksi penari api. Kok bisa?

Buaya dan ogoh-ogoh itu adalah bagian dari Karnaval Nusantara yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Acara tersebut bertajuk Gebyar Budaya Hari Pariwisata Dunia.

Berbagai kreasi seni budaya tradisional nusantara dari Sabang sampai Merauke maupun kreasi budaya modern ditampilkan. Pantauan detikcom di lokasi, Sabtu (27/9/2014), mulai pukul 17.00 WIB ada sekitar 20 atraksi yang ditampilkan oleh ratusan penari.

Salah satu yang paling meriah ada di bagian penutup yakni yang melambangkan warna-warni Jakarta. Dimulai dari 22 penari yang membawa tari sapu. Mereka membawa sapu lidi besar untuk membersihkan Ibukota.

Kemudian di belakangnya tampil ogoh-ogoh berbentuk ondel-ondel raksasa warna merah dan kuning. Ondel-ondel tersebut menari diiringi irama rancak alat musik Betawi. Batik betawi murah

Setelah ondel-ondel giliran buaya raksasa yang keluar dari "sarangnya". Dibawa puluhan orang, buaya tersebut seakan merayap mengelilingi Monas. Di atasnya ada kursi pelaminan yang diduduki sepasang penganten.

Tarian itu adalah simbolisasi roti buaya yang selalu ada dalam tradisi pernikahan Betawi. Buaya dianggap memiliki sifat yang setia pada pasangannya.

Setelah penari-penari itu beratraksi di depan panggung VIP mereka berkeliling Monas dan menari di hadapan ribuan penonton. Beberapa pengunjung remaja juga sempat berfoto dengan berlatar atraksi budaya. Sementara yang anak-anak terdengar menangis karena melihat gigi buaya raksasa yang memang dibuat sangat mirip aslinya itu.

"Saya senang dan bangga sekali tadi melihat atraksinya. Bagus sekali. Maunya ada acara yang beginu juga di daerah saya. Pasti orang sana senang sekali," kata Dian, 22 tahun, seorang pengunjung Monas asal Blora yang datang bersama anak dan ibunya. Dian mengaku baru sepekan di Ibukota. Dia menyempatkan waktu ke Monas namun awalnya tak tahu akan ada atraki budaya tersebut.

Jumat, 29 Agustus 2014

Anugerah Betawi

Alhamdulillah, hari demi hari kondisi kebudayaan Betawi kian mencorong. Kemencorongan itu tak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah. Beneran? Bener dong! Sesungguhnya bagi Kampung Betawi, kemencorongan itu adalah tahun anugerah. Anugerah yang dimaksud tentu terkait dengan kian melambungnya warna Betawi dalam diamika kehidupan kemasyarakatan kota metropolitan Jakarta. Indikasi keterlambungan itu dapat ditelisik dari aktivitas kelembagaan yang ruang lingkup kerjanya pada bidang kebudayaan, khusunya kebudayaan Betawi.
Tahun lalu Kampung Betawi mencatat paling sedikit ada dua kegiatan atau momen penting dan strategis yang dilakoni pemerintan dikukung masyarakat. Meskipun kegiatan lain tidk kalah fenomenalnya. Pertama, diluncurkannya apa yang dinamakan Raperda Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. Kedua, digelarnya hajatan bertajuk Kongres Kebudayaan Betawi.
Urusan yang pertama emang mulanya penuh duri. Sebab waktu Raperda sebelum Raperda Betawi, pemerintah belum merencakan sama sekali Raperda Betawi tapi Raperda Kebudayaan Jakarta. Apa maksudnya? Ya, hanya pemerintah dan pengonsep yang mengetahuinya. Makanya ketka diselenggarakan Konsultasi Publik Rancangan Peraturan daerah Tentang Kebudayaan Jakarta,masyarakat Betawi menlak abis. Waktu rapat Raperda Kebudayaan Jakarta, kita-kita dari Betawi, menolak keras, lantaran: kami anggap penyusun Raperda perpikiran terbalik dan tidak logis. Mereka (penyusun) lebih mengutamakan ‘Kebudayaan Jakarta’ — yang dalam hal ini dapat ditafsirkan sebagai seni dan budaya etnik lain yang berkembang di Jakarta. Padahal menurut kami, raperda kebudayaan Betawi harus lebih dulu dirumuskan karena ia merupakan kebudayaan inti etnik kota Jakarta.
Dengan diduluinnye raperda kebudayaan Jakarta dan menomorduakan — entah menomorberapakan Betawi — kami anggap atau berasumsi bahwa para penyusun ‘melecehkan Betawi’. Tertangkap kecurigaan atas mereka, terbersit kecemburuan atau kengerian manakala Kebudayaan Betawi lebih dahulu diperdakan. Hal ini sebenarnya merupakan ‘lagu lama’, telah bergaung sejak era 19080-an dan 1990-an, dan masih diperdengarkan hingga sekarang, bagaimana kaum urban dan birokrat yang mendirikan organisasi kesenian etniknya di Jakarta dan mendapat subsidi dari uang Jakarta, sangat cemburu dan merasa dianaktirikan oleh Pemda. Atau mereka berpendapat Pemda (baca Dinas Parbud, dulu Dinas Kebudayaan) memperlakukan mereka secara tidak adil. Dalam forum-forum rapat resmi, Betawi, kerap menjadi ‘musuh’ bersama organisasi kesenian etnik lain. Persoalan subsidi itulah yang mernyebabkan raperda ini berwarna pelecehan dan bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan meniadakan Betawi.
Padahal kami – masyarakat yang hadir dalam diskusi publik itu – berpendapat, sebagaimana sering dikatakan oleh tetua Betawi “Kalo nanem padi, rumput ikut tumbuh”. Artinya, jika Raperda entang Kebudayaan Betawi diutamakan dengan sendirinya kesenian atau kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta akan ikut maju.
Akhirnya, setelah ‘ribut’ dan menolak, Raperda tentang Kebudayaan Jakarta dihapuskan dan digantikan dengan Raperda Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Betawi. Kita tunggu saja proses selanjutnya, sambil terus mencermatinya dengan seksama.
Urusan kedua, Kongres Kebudayaan Betawi (KKB). Budaya Betawi sebagai budaya lokal kota Jakarta merupakan salah satu sarana dalam mempersatukan masyarakat yang heterogen seperti di kota Jakarta. Kita sama – sama menyadari bahwa masyarakat yang tinggal di kota Jakarta ini terdiri atas berbagai suku bangsa, agama,  ras dan budaya yang di dalam kebhinekaannya bisa saja menimbulkan gesekan. Untuk itu, diperlukan adanya upaya menyadarkan masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati kebhinekaan tersebut.
Pelestarian kebudayaan merupakan amanat konstitusi yang dibebankan kepada pemerintah. Sesuai dengan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) mengamanatkan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mendapat amanat untuk pelestarian dan pengembangan budaya lokalnya dalam hal ini Budaya Betawi. Seperti tercermin dari Undang-Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 26 ayat 6  yang menyatakan bahwa “Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat Betawi serta melindungi berbagai budaya masyarakat lain yang ada di daerah Provinsi DKI Jakarta”.
Budaya Betawi sebagai budaya lokal yang sudah mengakar dan menjadi identitas masyarakat kota Jakarta, diharapkan mampu menjembatani kebhinekaan budaya yang tumbuh di masyarakat. Lebih jauh dari itu, Budaya Betawi juga diharapkan dapat memperkaya khasanah budaya nasional serta pengembangan karakter bangsa. Seiring dengan era baru globalisasi dan keterbukaan informasi yang di dalamnya termasuk juga serbuan informasi dan budaya asing baik itu budaya lokal dari daerah indoesia sendiri maupun budaya asing dari belahan dunia lain. Secara perlahan Budaya Betawi dikhawatirkan tersisih. Berikutnya,  lambat laun Budaya Betawi tidak lagi tampak sebagai cerminan budaya yang khas  di kota jakarta.
Pengidentifikasian kondisi kekinian tentang 11 aspek kebudayaan, sampai saat ini belum dapat dilakukan secara baik dan komprehensif.  Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta perlu melakukan upaya dalam pelestarian kebudayaan betawi secara sistemik.  Pelestarian Budaya Betawi  perlu ditinjau secara mendalam dari segi perlindungan, pengembangan serta pemanfaatannya terhadap 11 aspek kebudayaan (kesenian, tradisi, kebahasaan, kesastraan, agama, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kenaskahan, kepustakaan, perfilman, ) yang telah di amanatkan oleh Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor 40 dan 42 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya konkret dari berbagai pihak dalam upaya berperan serta melestarikan Budaya Betawi. Begitulah latar belakang bagaimana kemudian KKB terlaksana, dengan memanggul tujuan mulia, seperti, mengidentifikasi kondisi kebudayaan Betawi saat ini; memberikan saran tentang bentuk perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan aspek kebudayaan Betawi; memberikan alasan dan dukungan ilmiah tentang pentingnya pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi; mendorong pemerintah daerah DKI Jakarta untuk menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah di Provinsi DKI Jakarta.
KKB telah dilaksanakan. Setumpuk rekomendasi telah dikeluarkan. Menjadi tugas selurh masyarakat untuk mengawal rekomendasi itu sampai benar-benar terwujud.
Bahu-membahu dalam mengawal rekomendasi, insya Allah membawa hasil. Tentu kita tidak lupa dengan peribahasa Betawi ”Semut aja kalo sama-sama bisa mindain gunung”. Apapun dapat terlaksana jika ada satu komando dan kompak yang konsisten.